Moga Allah redha.
Dunia adalah tentang memegang amanah; melaksanakannya, serta membuat keputusan dari pilihan-pilihan yang ada.
Dan kerana hidup dan kehidupan adalah rahsia Tuhan yang nyata,
maka kepada Tuhanlah kita harus bertanya tentang apa pun pilihan yang ingin kita buat.
Kenapa mesti Allah?
Kerana tidak ada walau sehelai daun pun yang gugur di luar pengetahuanNYA. (Al-an'am:59)
Dan kerana Allah tahu apa yang ada dalam setiap hati, meski nyata atau rahsia.(Al-Mulk:13)
Ada seorang petani yang diberikan rezeki memiliki sebidang tanah yang luas. Kering, dan tidak mengizinkan tanaman.
Tanah seluas itu, hanya di isi dengan rumahnya; kerana hanya itu yang dia ada.
Maka suatu hari, petani yang ingin mencari rezeki diberikan sampan kecil untuknya berusaha.Maka petani bertanya kepada Allah, haruskah dia menerima sampan itu..sedang lautan berada jauh dari kawasannya.Dan Allah menjawabnya dengan menjadikan seisi rumah si petani merasa lapang terhadap sampan itu. Maka petani mengambilnya.
Bermusyawarah si petani dengan isi rumahnya; apa perlu dia pergi untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Dan dengan musyawarah, keluarganya sepakat membenarkan untuk dia membuat pilihan.
Maka petani bertanya lagi kepada Allah; apa dia harus pergi atau tidak.
Allah menghantar ribut ke kampungnya; pohon-pohon musnah tapi tidak sampannya.
Dan terdengar khabar dari kota; seberang sana ada jalan untuk penghidupan yang lebih sempurna.
Maka tahulah petani, Allah mahu dia pergi.
Lalu berangkatlah si petani berkelana ke seberang sana, meninggalkan seisi rumah. Kelana akhirnya meletakkan petani ke sebuah pekan yang bahagia. bertemu dengan orang-orang berjiwa indah. Dalam usaha mencari penghidupan, petani menemui seuncang benih dalam sampannya. Puas di tanya semua wajah-wajah di pantai dan jeti, tidak ada seorang pun yang mengetahui.
"Mungkin saja itu sudah rezekimu"
"Ahh, nyata sekali ia jatuh dari langit untukmu"
"Takdir Allah uncang itu jatuh ke dalam perahumu"
Maka petani bertanya kepada Allah, apa dia boleh mengambil benih itu atau tidak.
Tetapi ilham itu lewat sampai.
Maka petani meninggalkan uncang di jeti.
Dan saat petani datang semula ke jeti, mencari penghidupan, uncang itu muncul lagi dalam perahunya.
Ditinggalkannya lagi.
3 kali dia bertanya, dan 3 kali Allah mentakdirkan dia menemukan uncang itu dalam perahunya.
Maka petani membawanya pulang.
Bertanya kepada ayah dan ibunya; dan kata mereka,
"Ini benih tanah seberang. pohonnya bukan seperti pohon kita di sini. Tanyalah kepada Tuhan apa benar itu untukmu. Mungkin hanya untuk kau simpan."
"Tapi apa hasilnya jika hanya disimpan? Sama seperti tidak ada. sama seperti terus ditinggalkan di jeti."
"Tanya Allah."
Petani bertanya kepada Allah, apa dia harus menanam benih tanah seberang itu?
sedang masyarakat di tanahnya belum mengenal tanaman seperti itu.
Beristikharahlah si petani buat kesekian kalinya. Dan Allah mengilhamkannya sebuah kehidupan yang bahagia. DihantarkanNYA mimpi tanaman yang subur dengan buah-buah yang ranum, dan rumahnya yang meriah dengan gelak tawa.
Tapi petani masih ragu. Dia bertanya lagi kepada Allah.
Maka Allah turunkan hujan, membasahi tiap sudut tanah keringnya.
Petani bertanya lagi pada Allah; dan kali ketiga,
Dijadikan hatinya begitu cenderung untuk menyemai benih tersebut.
3 istikharah, maka petani membuat pilihan untuk menanam benih asing itu.Masih terfikir olehnya akan mehnah yang akan datang, tapi dia percaya pada pilihan dari Allah.
maka berhempas pulaslah si petani dengan tanamannya. Dijaga setiap hari, dengan penuh pengharapan akan redha Allah; dan kehidupan yang lebih sempurna.
5 tahun, dan tanamannya menginjak dewasa. hanya saja menanti untuk berbuah. Dan saat itulah, berita itu datang.Bahawa bangsawan dari tanah seberang datang.Mencari dia yang tinggal di hujung desa, dengan tanah kering yang kini ditumbuhi pohon.
Dan mereka datang untuk mengambil setiap pohon yang ada, meninggalkan tanah luasnya tanpa sisa.
Pohon itu bukan haknya.
Kerana benih yang disemainya itu juga bukan haknya.
Meski telah dicurah seluruh jiwanya pada usaha itu, ia masih bukan haknya.
Petani buntu, apa dia harus berjuang atau harus merelakan?Bukankah dia telah bertanya kepada Allah berkali-kali?
Bukankah tanah keringnya itu Allah izin untuk dibasahi dengan hujan dan air kali?
Bukankah benihnya tumbuh subur dengan izin Ilahi?
Bukankah uncang itu seolah jatuh dari langit dunia; datang kepadanya tanpa dia mencari?
Bukankah uncang itu malah datang kembali meski dibuangnya berkali-kali?
Bukankah dia telah bertanya malah sebelum pergi?Bukankah sampan untuknya ke seberang itu Allah yang beri?
dan selepas semua pertanyaan ini,
selepas semua jawapan yang dia perolehi,
dia perlu melepaskan pergi?
Apa selama ini dia hanya berkira-kira sendiri?Bukankah Allah bersamanya dalam setiap pilihan?Maka kenapa jadi seperti ini;
seolah selama ini dia membuat kesilapan.
Kenapa di saat ini, hakikat bukan seperti yang dia harapkan?
maka petani terpempan;
Dan hanyut dalam kebuntuannya.
"Dan sungguh akan kami berikan cubaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (AlBaqarah: 155)
Dan masih, Allah menantinya bertanya untuk kesekian kali.